“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu.” (Amsal 3:5)

Ketika saya pertama kali datang ke Taiwan untuk memulai studi saya, banyak sekali hal baru yang saya alami dan tak jarang membuat saya cemas. Untuk menenangkan diri, saya menjadi lebih sering berdoa kepada Tuhan setiap saat. Hal ini pun menjadi sebuah kebiasaan selama beberapa bulan saya beradaptasi di Taiwan.

Tak terasa, beberapa bulan sudah berlalu, saya sudah lebih menguasai keadaan di Taiwan. Mulai dari bahasa, studi, kehidupan sosial, dan lainnya. Di kala saya sudah bisa “berdiri sendiri”, perasaan tinggi hati dan sombong mulai datang. Saya mulai melupakan kebiasaan yang saya lakukan dulu untuk selalu mencari Tuhan dan berdoa setiap saat.

Sampai suatu ketika, saya merasa sungguh kesepian, tidak tenang, dan kebingungan ketika masalah datang. Saya tidak merasa setenang dulu ketika masih rajin berkomunikasi dengan Tuhan. Di momen itu, saya pun tersadar bahwa saya telah menjauh dari Tuhan dan lebih percaya bahwa saya bisa melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan Tuhan. Saya pun berdoa dan memohon ampun kepada Tuhan.

Bacaan hari ini diambil dari kitab Amsal yang mengingatkan kita untuk terus percaya kepada Tuhan dan tidak bersandar kepada pengertian sendiri. Bahkan Yesus, seorang Mesias, percaya kepada kehendak Allah Bapa dikala masalah datang.

Ketika Yesus bersama murid-muridnya naik ke kapal menuju Kapernaum melalui Danau Galilea, angin ribut datang dan mengacaukan perjalanan mereka. Murid-murid Yesus kebingungan karena kapal mereka sudah mulai penuh dengan air dan tidak tahu harus berbuat apa. Tetapi Yesus yang begitu percaya dengan sang Bapa menghardik angin ribut tersebut dan danau pun menjadi tenang.

Yesus tidak mengandalkan kemampuanNya sendiri untuk menghardik angin ribut, melainkan mengandalkan Tuhan untuk melakukan mukjizat tersebut. Di saat ini pun, Yesus menanyakan pertanyaan yang menjadi refleksi untuk murid-muridNya, termasuk juga kita sekarang ini.

“Mengapa kamu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”

Sudahkah kita sepenuhnya percayakan hidup kita kepada Tuhan?

DOA (†)

Tuhan, terima kasih karena sudah selalu beserta kami dalam langkah hidup kami. Berkatilah dan ingatkanlah kami selalu agar selalu percaya dan mengandalkan engkau dalam hidup kami.

Amin. (†)