Secara tradisi, Gereja Katolik mengkhususkan bulan Mei dan Oktober sebagai Bulan Maria. Gereja Katolik memang secara khusus menghormati Bunda Maria. Banyak teman dari agama lain yang sering mempertanyakan devosi pada Bunda Maria seakan Maria adalah Tuhan lain yang perlu disembah. Sebagai umat Katolik yang benar, kita harus mampu mempertanggungjawabkan iman kita dengan cara memahami seluk-beluk tentang Maria.
Untuk dapat lebih mendapatkan pemahaman yang benar mengenai Maria, KITA mengadakan acara diskusi bulan Maria pada hari libur Double Tenth National Day 10 Oktober 2014. Bertempat di Gereja St. Francis Xavier Parish (MRT Wanlong exit 4. No.25, Ln. 150, Sec. 5, Roosevelt Rd., Wenshan Dist., Taipei City), diskusi Bulan Maria ini dihadiri oleh 30 orang dengan pembicara Romo Wawan dan Romo Sirianus.
Romo Wawan mengawali acara diskusi dengan pertanyaan berikut : “Apa sih yang terlintas di benak kita ketika mendengar kata ‘Maria’?” Ada 4 jawaban yang paling sering ditemukan, yaitu Rosario, ziarah, novena tiga salam Maria, simbol patung Maria. Lalu bagaimana dengan pandangan dunia terhadap Maria. Ternyata dunia melihat Maria dalam banyak versi; sebagian besar gambaran tentang Maria akan disamakan dengan pakaian/warna kulit/kebudayaan versi negara tertentu.
Melihat semua gambaran tentang Maria, tampak jelas bahwa selalu ada Yesus bersama Maria dalam setiap gambar. Dapat dikatakan bahwa Maria istimewa karena kesatuannya dengan Yesus. Oleh karena itu, kita pun juga akan menjadi istimewa jika kita sering bersatu dengan Yesus.
Berbicara mengenai kisah kehamilan Maria, kita perlu membuka Lukas 1:26-38. Kita harus paham bahwa kondisi wanita hamil tanpa suami pada zaman Maria memiliki konsekuensi hukuman harus dirajam/dilempari dengan batu sampai mati. Gereja Katolik sangat menghormati Maria karena Maria bersedia menerima tugas berat dan konsekuensi tersebut dengan berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Sungguh terlihat bahwa Maria dengan kerendahan hatinya mau/sanggup menerima beban berat menjadi ibu Tuhan Yesus.
Secara khusus dalam acara diskusi ini Romo Wawan mengambil tema “Belajar menjadi beriman seperti Maria yang peduli dengan sesama”. Untuk lebih memahami tema ini, Romo Wawan menjelaskan satu per satu arti dari kalimat ini. “Belajar menjadi” memiliki arti sebuah proses yang memiliki tujuan. Proses belajar bisa bervariasi; ada orang yang belajar sambil praktek, ada yang belajar dulu baru praktek. Namun apapun variasi proses belajarnya, yang pasti adalah kita belajar untuk hidup (non scholae sed vitae discimus). “Beriman” memiliki arti kemampuan, kemauan, keputusan untuk menanggapi/merespon wahyu cinta Allah. “Seperti” memiliki arti menjadi serupa/semirip/sedekat mungkin dengan yang diidolakan.
Bagian terakhir yaitu “Maria yang peduli dengan sesama” dapat dilihat secara nyata dalam Lukas 1:39-45, dimana Maria segera mengunjungi Elisabeth setelah mendapat kabar gembira dari Malaikat Gabriel. Dalam kunjungannya ke rumah Elisabeth, dikatakan bahwa Maria memberi salam, lalu melonjaklah anak di dalam Rahim Elisabeth dan Elisabeth dipenuhi oleh Roh Kudus lalu berkata “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Julukan ‘Ibu Tuhan’ yang dikatakan oleh Elisabeth ini menjadi dasar doktrin Gereja mengenai Maria sebagai Bunda Allah. Lalu pada akhirnya Maria tinggal di rumah Elisabeth 3 bulan lamanya untuk membantu Elisabeth mempersiapkan kelahiran Yohanes Pembaptis. Di sini dapat kita lihat kepedulian Maria terhadap Elisabeth, seorang wanita tua yang sedang hamil. Selain iman yang kuat, Maria juga memiliki perbuatan cinta kasih yang tidak kalah pentingnya.
Hal cinta kasih ini juga pernah diangkat oleh Santo Vincentius a Paulo dalam 2 kongregasi yang didirikannya: Kongregasi Misi/ Congregatio Missionis (CM) dan Suster-Suster Puteri Kasih (PK). Dua kongregasi ini memang terkenal dalam pelayanannya terhadap kaum miskin. St. Vincentius sendiri pernah berkata, “Bila Suster terpaksa meninggalkan doa untuk melayani orang miskin, jangan cemas, karena itu berarti meninggalkan Tuhan untuk berjumpa lagi dengan Tuhan dalam diri orang miskin.” Dengan kata lain, kita perlu meninggalkan Tuhan untuk Tuhan. Perlu diingat bahwa iman tanpa perbuatan adalah sia-sia.
Pesan akhir dari Romo Wawan menjadi penutup dari diskusi sesi pertama ini : “Iman yang kita warisi dan terima lewat pengajaran (didache), kita tumbuh kembangkan dalam perayaan iman (lieturgia) dan pewartaan (kerygma), yang dirayakan dengan persekutuan (koinonia) dengan saudara-saudari seiman, yang dilaksanakan melalui pelayanan cinta kasih (diakonia), dan kemudian ikut serta menjadi saksi Kristus bagi dunia (martyria).”
Diskusi sesi kedua dilanjutkan oleh Romo Sirianus dengan tema khusus “Beriman untuk Peduli.” Namun teman-teman boleh bertanya apapun seputar Bunda Maria apabila masih ada yang kurang jelas. Jalma memberikan pertanyaan kepada Romo, apakah benar bila dikatakan bahwa Bunda Maria adalah Nova Eva dan Co-Redemptor. Nova Eva yang dimaksud di sini adalah Hawa kedua; dimana Hawa pertama telah jatuh dalam dosa, dan keturunan selanjutnya membawa dosa tersebut sampai akhirnya muncullah Maria sebagai Hawa kedua (wanita yang dikandung tanpa noda). Sedangkan Co-Redemptor sendiri bisa diartikan sebagai rekan/partner Penebus. Kita harus berhati-hati dalam menggunakan istilah ini untuk Bunda Maria, karena Maria bukanlah Penebus.
Kemudian Vielicenia (Vivi) memberikan sharing mengenai pandangan orang Kristen terhadap Katolik yang seringkali dikatakan bahwa Gereja Katolik menyembah Bunda Maria. Vivi mengatakan bahwa mungkin pandangan salah tersebut disebabkan oleh kelakuan umat Katolik yang berlebihan (seakan mendewakan Bunda Maria), sehingga umat agama lain menganggap bahwa kita menyembah Bunda Maria. Yang benar adalah Gereja Katolik menghormati Bunda Maria, dan berdoa kepada Tuhan Yesus melalui perantaraan Bunda Maria. Doktrin Gereja Katolik sudah benar, namun seringkali kita umat Katolik yang salah mengartikannya lewat perbuatan yang berlebihan.
Ada contoh kasus tentang air suci di gua Maria yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Dari sana, banyak umat Katolik berbondong-bondong mengambil air tersebut, dan seakan “mendewakan” air suci tersebut. Dalam kasus ini, bisa dilihat bahwa sikap kita keliru. Harusnya kita bukannya mendewakan air suci itu, tetapi tetap percaya pada Tuhan Yesus yang akan menyembuhkan penyakit kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang air suci tersebut benar-benar dapat menyembuhkan kita. Tetapi perlu diingat bahwa yang sebenarnya menyembuhkan penyakit kita adalah iman/kepercayaan kita pada Tuhan. Air suci hanyalah “perantara” atau simbol yang dapat membantu menguatkan iman kita, tetapi kita tidak perlu mendewakan benda tersebut. Hal yang sama juga berlaku untuk kalung Rosario, patung-patung Maria atau Santo-Santa lainnya. Topik ini menjadi penutup dari sesi kedua diskusi Bulan Maria. Acara diskusi Bulan Maria ditutup dengan berkat pengutusan dari Romo Wawan dan Romo Sirianus.
Semoga diskusi Bulan Maria kali ini bisa menjawab pertanyaan teman-teman tentang Bunda Maria, dan semoga kita semua dapat mempertanggungjawabkan iman Katolik kita bila ditanya orang lain. Sampai jumpa di acara KITA selanjutnya!
OH ya, diskusi bulan November mengambil tema “Bisnis” pada hari Sabtu 9 November 2014. Tempat akan diupdate lagi, luangkan waktumu yah, kita kumpul-kumpul lagi! Tuhan memberkati!
Penulis: Fransisca Wijaya; Fotografer : Andri Sutjiady