Pada hari Sabtu, 8 November lalu, KITA mengadakan diskusi bisnis, yang bertempat di Hall Kantor INTAI. Dengan empat orang narasumber yang handal di masing-masing usahanya, diskusi yang membahas kewirausahaan ini berlangsung dengan intens dan semangat. Keempat narasumber KITA adalah Pak Deyantono, Pak Yohanes, Ibu Diana dan Pak Agoeng Antonius. Acara diawali dengan pembukaan dari Pak Yohanes yang di sesi pertama hari itu bertindak sebagai moderator untuk memulai sharing pengalaman dari setiap narasumber.

Keempat pembicara (ki-ka): Ibu Diana, Pak Yohanes, Pak Deyantono, Kak Agoeng

Keempat pembicara (ki-ka): Ibu Diana, Pak Yohanes, Pak Deyantono, Kak Agoeng

Sharing dimulai dari Kak Agoeng, yang menekankan pentingnya memiliki ambisi untuk membuat kita semakin semangat untuk mengejar mimpi. Namun, berdasarkan pengalaman pribadi, beliau juga menekankan bahwa seringkali yang mendorong kita untuk sukses adalah BUKAN mimpi, namun kejadian buruk. Lho? Kok bisa? Karena tidak seorangpun dari kita yang ingin kejadian buruk tersebut terulang kembali, sehingga kita akan berjuang lebih giat lagi. Jadi, pendorong sukses ada dua, yaitu MIMPI dan MEMORI KEJADIAN BURUK, dan kedua aspek ini harus seimbang.

Menurut Kak Agoeng, prinsip utama bisnis kewirausahaan yang dijalaninya adalah “The right product on the right time“. Kapan kita tau waktu yang tepat? Wah sayang sekali, tidak akan tau, KECUALI kita langsung terjun ke dalamnya dan memberi tenggat waktu. Terinspirasi dari buku “The World is Flat”, beliau berpesan, kita perlu berpikir secara sederhana bahwa bisnis itu tidak sulit.

Lain halnya dengan Ibu Diana, Senior Director dari Mary Kay. Hal yang mendorong beliau untuk beralih dari seorang ibu rumah tangga menjadi wanita karier sukses adalah ketidakmauannya untuk terkurung dalam rumahnya, keinginannya untuk berkembang dan keluar dari zona nyamannya selama menjadi ibu rumah tangga.

Beliau juga menekankan pentingnya bermimpi (mimpi masih gratis kok) dan percaya bahwa Tuhan itu adil. Awalnya beliau bermimpi membuka spa dengan target pasar ibu rumah tangga, yang menyediakan pelayanan yang baik dan harga yang murah. Namun, beliau kembali tidak puas dan menemukan mimpi barunya dan akhirnya bekerja di perusahaan yang sudah berusia 53 tahun dan tersebar di 27 negara. Bersandar pada Tuhan, semua yang kita butuhkan pasti disediakan. Dengan niat yang kuat, tidak ada suatu hal yang sulit, asal disertakan doa, sebab Tuhan pasti mendengarkan doa kita.

Sharing dilanjutkan oleh Pak Deyantono, yang dari awal memang memiliki mimpi untuk menjadi bos (tidak bekerja pada orang lain). Dengan menjadi bos, kita juga bisa menciptakan lapangan kerja untuk orang lain. Ada salah satu prinsip beliau yang cukup unik yaitu, menjadi “wirausahawan yang baik juga harus dekat dengan Tuhan”. Mengapa? Sebab dunia kewirausahaan bukanlah dunia yang stabil, banyak jatuh bangun naik turun dan hal lain yang tidak terduga. Bila tidak dekat dengan Sumber itu sendiri, pasti tidak akan kuat menghadapi kepahitan yang datang dan pergi dalam dunia bisnis. Niat yang tulus dalam berbisnis juga berperan penting, karena bila kita memiliki niat, kita tidak boleh mudah menyerah. Mimpi “menjadi bos” itu dimulai dengan mengikuti MLM (Multi Level Marketing), yang jika ditotal jumlahnya, Pak Deyantono sudah ikut dalam 13 MLM yang berbeda. Mimpi Pak Deyantono untuk menjadi bos dapat dilihat bukti nyatanya dari berbagai jenis usaha yang beliau lakoni, toko, restoran, majalah, novel, film dll. Ternyata beliau memegang Blue Ocean Strategy, dimana bisnis yang dijalankan belum dijalani oleh banyak orang sehingga beliau menjadi pionir dan juga saingannya belum banyak. Namun beliau tetap mengingatkan sertakan Tuhan selalu dalam bisnis dan harus tetap berpegang pada etika bisnis.

Para peserta kemudian dibagi menjadi empat kelompok bisnis yang berbeda yaitu: Toko Indonesia-Garuda, Restoran Indonesia Guci-guci, bisnis travelling-Worldventures dan bisnis kosmentik-Mary Kay. Para peserta diberi kesempatan untuk berdiskusi lebih dekat dengan para narasumber dan setelah berdiskusi, setiap kelompok berlatih “menjual” bisnis tersebut dengan mengemukakan kelebihan dan keistimewaan bisnis tersebut. Diskusi berjalan seru dengan bantahan dan sanggahan dari kelompok lain. Berikut hasil diskusi dari keempat kelompok bisnis yang berbeda dalam satu kalimat:

A. Utamakan pelayanan yang terbaik sehingga promosi terjadi dengan otomatis – Toko Indonesia Garuda

B. Perkenalkan makanan Indonesia dengan suasana dan dekorasi restoran yang menarik sehingga orang Taiwan pun penasaran dan mau mencoba – Restoran Indonesia Guci-guci

C. Carilah apa yang diinginkan setiap orang dan jadilah fasilitator untuk mewujudkan hal itu – Worldventures

D. Tiga pilar utama bisnis: agama budaya usaha, tujuan utama bisnis adalah supaya setiap anggota bisnis sejahtera, makmur

Suasana diskusi antar kelompok

Pemaparan dari kelompok Restoran Indonesia:Guci-guci

Diskusi ditutup dengan petuah dari Romo Syrianus, Romo Norbert dan Romo Rusdi, bahwa: dari pandangan gereja, bisnis bukan hal yang buruk, tapi menjadi buruk ketika dijadikan sebagai alat untuk menista dan menindas orang lain. Menjadi kaya karena berbisnis bukan dosa, karena menjadi kaya berarti wajib menjadi saluran berkat untuk orang lain.

Para peserta pun diajak untuk berbagi apa yang sudah didapat dalam acara hari itu sebagai pengingat dan pendorong untuk menjadi lebih baik lagi. Setelah itu, para peserta berfoto bersama dan acara pun diakhiri dengan doa dan berkat penutup dari ketiga Romo.

Foto bersama peserta diskusi bisnis dan kewirausahaan

Foto bersama peserta diskusi bisnis dan kewirausahaan

Kumpul-kumpul KITA bulan Desember akan diisi dengan Rekoleksi Adven, diadakan pada 6-7 Desember 2014, tempat: 臺北市士林區建業路73巷10號, biaya: 250 NTD (periode pendaftaran 11-30 November), 400 NTD (periode pendaftaran 1-4Desember). Informasi lebih lanjut, tunggu kabar terbaru di group Facebook. Yuk daftar..! Tuhan memberkati!!