“Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” (Galatia 1:10)

Melalui bacaan Injil hari ini, kita kembali diingatkan mengenai memberikan pertolongan. Bukan pertolongan yang sekedar membantu, namun lewat perumpamaan kisah Orang Samaria yang murah hati, pertolongan yang Yesus harapkan dari kita adalah pertolongan yang dapat menjadi jalan keluar yang menyelesaikan bagi sesama kita.

Hal ini menggiring saya kepada sebuah perenungan mengenai dimana kita bersedia untuk melakukan usaha lebih bagi orang lain. Dari pernyataan ini, timbul pertanyaan dalam benak saya yang membuat saya belajar lebih dalam mengenai menolong. Mengapa kita harus giving extra mile? dan bagaimana caranya supaya kita bisa giving extra mile?

Saya mengajak teman-teman untuk membayangkan, ketika dalam situasi yang mendesak dan amat butuh jalan keluar, lalu muncul bantuan dari orang lain secara tiba-tiba yang dapat mengakhiri masalah yang ada. Betapa lega dan bahagianya kita karena sudah terbebas dari sebuah tanggungan yang diluar kapasitas kita. Ilustrasi ini membuat saya memahami bahwa sikap hati yang sama perlu kita miliki saat menolong sesama. Inilah yang menjadi kerinduan Tuhan dimana Ia ingin kita memiliki hati yang berbahagia karena lewat tangan kita, orang lain dapat merasakan kemerdekaan-Nya.

Sebagai kesimpulan, bagi kita yang mengimani bahwa hidup adalah untuk Tuhan, tidak sepatutnya kita mengkompromikan kebenaran Firman Tuhan terhadap kepentingan pribadi (bdk. Yoh: 8:32). Lewat pemikiran ini, maka dengan mudah kita akan memberi pertolongan karena kita memahami apa yang kita lakukan adalah sebuah kebenaran. Sesungguhnya setiap kesempatan untuk menolong orang lain adalah kesempatan kita menolong diri sendiri menjadi pribadi yang dapat dipercaya Allah sebagai penyalur berkat-berkat-Nya.

DOA (†)

Tuhan, jagalah selalu hati kami. Terutama ketika kami hendak memberikan pertolongan bagi sesama, jangan biarkan kami mengulurkan tangan kami atas dasar ketinggian hati kami namun karena kami sadar akan besarnya pertolongan yang telah kami terima dari-Mu. Biarkanlah kebenaran-Mu senantiasa menuntun keseharian hidup kami.

Amin. (†)