Pada hari Minggu Palma, 24 Maret 2013, Keluarga Katolik Indonesia di Taiwan (KITA) mengadakan rekoleksi setengah hari di Fu Jen Catholic University, New Taipei City. Rekoleksi ini bertujuan untuk menghimpun umat Katolik Indonesia yang tinggal di Taiwan, khususnya di daerah Taipei. Rekoleksi ini memberikan kesempatan untuk melakukan rekonsiliasi, pertobatan, dan mempersiapkan diri menjelang Paskah. Rekoleksi yang diikuti oleh 39 umat Katolik ini dimulai pada jam 13:00 dengan makan siang bersama.
Kemudian, untuk menghangatkan suasana dan kekerabatan, rangkaian sesi rekoleksi dibuka dengan menyanyikan lagu dan memainkan permainan.
Bruder Marcel memberikan sesi pertama yang mendalami Kisah Pembasuhan Kaki dan Kisah Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus, dan memaparkan bagaimana Yesus mengajarkan kita untuk melayani sesama. Pada akhir sesi ini, peserta dibagi menjadi 4 kelompok untuk sharing dengan topik:
- Mengapa kita harus melayani sesama? Apa bentuk pelayanan kita?
- Apa reaksi kita seandainya kita adalah salah satu murid yang dibasuh kakinya oleh Yesus?
- Sesudah Paskah, bersediakah kita menjadi saksi Kristus?
Sesi kedua dipimpin oleh Suster Valentine. Suster mengajak peserta rekoleksi untuk menyaksikan cuplikan video mengenai seorang anak cacat yang hanya bisa menggunakan mulutnya untuk beraktivitas, namun anak ini bisa menjadi cahaya bagi teman-temannya. Kisah ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas karunia Tuhan, dan selalu berusaha untuk menjadi cahaya bagi orang lain.
Suster juga menceritakan kisah dua orang sahabat serta pasir dan batu. Dalam kisah ini, sang sahabat menuliskan kesalahan temannya di atas pasir, tetapi menuliskan kebaikannya di atas batu. Setelah cerita tersebut selesai, Suster juga mengajak peserta untuk mencari pasir dan batu, kemudian menuliskan dosa-dosa di atas pasir dan kebaikan-kebaikan di atas batu. Perumpamaan ini mengajarkan kita untuk berhenti berbuat dosa dan berhenti mengingat-ingat kesalahan orang lain, serta mengingatkan kita untuk selalu mengingat kebaikan orang lain dan mulai untuk berbuat baik.
Rekoleksi ini kemudian diakhiri dengan saat-saat hening untuk merenungkan dosa dan kesalahan sebelum selanjutnya melakukan pengakuan dosa. Sakramen Rekonsiliasi pada rekoleksi ini diberikan oleh Romo Ino, Romo Syrianus, dan Romo Wawan.