Bermula dari 12 orang,
KITA didirikan secara tidak sengaja. Masa itu Taipei belum juga ada MRT seperti sekarang ini. Masih dalam tahap dibangun. Tahun 1997, saya mengambil kursus Mandarin di Taiwan Normal University dan bertemu dengan teman-teman dari Indonesia. Yang saya kenal pertama-tama adalah Maureen, sekarang sudah pulang ke Indonesia dan memiliki 2 anak kalau tidak salah. Dari Maureen ini saya dikenalkan dengan anak-anak yang lain seperti Kim-Kim, Hesty, Rudy, Johan, dan lain sebagainya. Kami ngobrol-ngobrol apa bisa sekiranya kita ini memiliki wadah tersendiri buat anak-anak katolik, mengingat rekan-2 protestan juga memilikinya dan begitu banyak juga anak-anak katolik yang mengikuti kegiatan mereka itu. Memang ada juga misa bahasa mandarin atau English, tetapi alangkah indahnya kalau kita juga bisa berkumpul-kumpul sharing iman.
Berdasarkan gagasan itu, maka kami menghubungi anak-anak yang lain. Terkumpulah 12 orang. Mereka bilang, “Romo Cuma ada 12 orang, apa romo tidak keberatan?” Saya bilang, “Wah bagus, kita mulai dari 12 orang itu, seperti Tuhan Yesus membentuk Gereja kan berasal dari 12 muridNya.” Namun timbul masalah lagi, mau di mana kita kumpulnya? Setelah kesana kemari, diputuskan untuk menghubungi gereja Holy Family, dekat dengan tempat kita belajar. Pastor yang ada di sana sebetulnya begitu sibuk ya, jadi tidak ada waktu untuk berbicara dengan orang KITA ini maka ya sudah: sekretaris paroki memberi ijin kami untuk memakai Kapel kecil dan ruangan lain untuk kumpul-kumpul. Jadilah hari itu Minggu 12 April kalau tidak salah, pada hari minggu paska ke dua, kita dirikan perkumpulan ini. Ketua yang pertama adalah Kim-Kim, lalu Maureen sebagai wakil ketua dan sekretaris. Nama perkumpulan juga disepakati, KITA.
Arti KITA
Acara Misa dan pendalaman iman terus berlangsung dua minggu sekali, juga ada newsletter segala. Keduabelas orang itu diutus untuk mencari mahasiswa katolik dan bergabung dengan KITA. Lama-lama ya menjadi banyak, paling banyak pernah ada malam Natal yang berjumlah 75 orang. Saya masih menyimpan foto itu, meski yang ikut foto juga tidak banyak. Tante Ivon juga mulai aktif di akhir tahun 97 itu.
Banyak orang baru yang bertanya mengapa nama perkumpulan ini KITA ya? Kepanjangan dari KITA semua sudah tahu yaitu (Katolik Indonesia yang ada di Taiwan). Tetapi ada yang lebih mendalam dari itu. KITA itu kan kata ganti pertama jamak. Artinya, kalau hanya satu orang maka tidak bisa di sebut dengan kita, tetapi kata ganti yang tepat ya “dia atau kau”. Hanya kalau ada dua orang atau lebih yang sehati dan merasa menjadi satu kelompok atau satu suara (iman) maka baru bisa bilang KITA, sebagai kata ganti orang pertama jamak. Dengan kata lain, kelompok ini adalah perkumpulan dari orang-orang yang merasa sehati, seiman, dan setujuan, sehingga setiap orang bisa berkata ini kelompok KITA, bukan milikmu, atau milik dia, dan tentu saja bukan kepunyaan pribadi saya. KITA hanya eksis kalau masih-masih merasa menjadi satu, merasa memiliki, dan merasa saling membutuhkan satu sama lain.
Jejak-Jejak
Saya menjadi romo pertama dan bersama dengan Maureen boleh dibilang sebagai dua orang yang merintis perkumpulan ini. Selanjutnya, ada Hesty yang begitu lama mengikuti perkembangan KITA. Lalu muncul tante Ivon, Romo Steff, Romo Budi, Romo Susilo, Romo Kapusin, Romo Paskal, Romo Tarsis, Romo Abdon. Tiga romo terakhir itu mengikuti KITA sejak mereka masih menjadi frater.
Anggota baru dan romo baru saya semakin tidak kenal, karena pada dasarnya saya meninggalkan Taipei sejak 1998 dan menetap di Taidong. Meski demikian saya juga sering mendengar atau mendapat kunjungan dari mereka itu. Saya merasa bersyukur bahwa saat ulang tahun ke 10 itu saya diundang untuk merayakan misa kudus. Meski hanya kenal satu dua, tetapi saya merasa bukan orang asing karena saya merasa di terima.
Harapan
Harapan saya semoga acara acara KITA semakin bervariasi. Dulu kita juga sering pergi bersama, sering retret atau ziarah juga. Yang masih saya ingat KITA ziarah mendaki gunung dekat Ilan itu. Sungguh berkesan karena saya merasa kecapean luar biasa, tetapi kok bisa selamat sampai pulang lagi. Cuma saya kehilangan kuku ibu jari saya, karena sepatu yang saya kenakan terlalu sempit. Untung setelah dioperasi di Ciayi, sekarang tumbuh lagi dengan baik.
Kalau misalnya KITA mau adakan reuni pasti saya akan kontak sama Maureen, Hesty, Kim-Kim, Cahyadi, Rudi, Santo, dan lain-lainnya. Marilah saling mendoakan semoga KITA semakin berkembang dicintai orang.
Taipei, May 29, 2009
Rm Kusno, CM (Gushengye)
Bagi yang ingin bergabung dengan Facebook Group KITA dapat me-request-nya di: https://www.facebook.com/groups/katoliktaiwan/