“Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” (Lukas 12:21)
Anak muda zaman now sangatlah menggandrungi literasi finansial, yakni bagaimana berinvestasi mempersiapkan dana di masa mendatang. Salah satu poin yang sering dibahas, misalnya, cara untuk mengumpulkan keuntungan atau kekayaan yang besar dan bila perlu secara cepat, tentu dengan modal investasi seminimal mungkin. Di samping itu, cara memperoleh sumber pendapatan tambahan juga makin beragam dan relatif lebih mudah.
Sah-sah saja dan manusiawi bagi kita untuk “kerja, kerja, kerja” demi mengumpulkan penghasilan. Namun, sebagai orang Katolik, apa yang mesti diperhatikan di dalam keseharian kita mengumpulkan cuan?
Yesus dalam Injil Lukas telah mewanti-wanti dan memberi pesan yang menohok. Sekilas bisa saja seseorang menjadi ahli dalam mengumpulkan pundi-pundi, namun betapa bodohnya ia jika lupa bahwa saat kehidupannya tiba-tiba berakhir, apa yang dikumpulkan juga tidak lagi dapat dinikmati.
Terkait Injil di atas, orang Katolik sering membuat garis batas antara uang dan iman, seolah uang membawa kita menjauh dari iman. Padahal, menurut hemat penulis, makin besar yang kita miliki, makin besar pula dampak yang bisa dibagikan.
Untuk menyeimbangkan keduanya, alangkah baiknya bila kita juga tidak lupa berinvestasi pada keselamatan dan kehidupan kekal. Artinya, marilah menggunakan kekayaan yang kita miliki secara bijak, yaitu untuk perbuatan baik dan kemuliaan Allah. Di kala kita masih maupun sudah tidak lagi di dunia, harta yang ada niscaya senantiasa memiliki arti, terutama bagi sesama yang memerlukan, dan iktikad baik akan berkenan di mata Allah.
Bacaan dari Efesus menyebut dengan gamblang bahwa dahulu kita telah mati oleh karena dosa, lalu diselamatkan oleh Kristus. Konsekuensinya, janganlah kita menepuk dada dan tenggelam dalam ketamakan, melainkan lakukanlah pekerjaan baik. Kekayaan dan apa pun yang kita miliki asalnya hanya dari Allah semata!
Kembali ke judul, cuan boleh menjadi acuan. Pertanyaannya, apakah kita sudah bersama dan seturut kehendak Yesus dalam hal memperoleh, menyikapi, dan memanfaatkan cuan?
DOA (†)
Bapa kami yang ada di surga, berilah kami rezeki pada hari ini dan bebaskanlah kami dari ketamakan. Semoga pemberian-Mu dapat kami gunakan secara bijak demi sesama dan kemuliaan Dikau semata. Amin.
Tenang Dalam Segala Situasi Karena Tuhanlah Sumber Pengharapan
"Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya." (Mazmur 131:3)
Lebih dari Harta
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah” (Efesus 2:8)
Love Until it Hurts
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Korintus 13:13)
Dokter yang Terbaik
“Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka“ (Lukas 4:40)
5 ROTI + 2 IKAN = ALL YOU CAN EAT
"Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." (Matius 14:16)
Memikul beban bersama Yesus
"Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Matius 11:28)
Percaya Sepenuhnya Kepada Tuhan
"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5)
Selamat Karena Iman Kepada Tuhan
"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” (Matius 6:1)