Pada kali ini, KITA TAIPEI mengadakan persekutuan doa pada hari Sabtu, 29 Agustus 2015 dikediaman Pak Deyantono pukul 18.30. Persekutuan doa kali ini bertemakan “We Are The Heroes” dimana Romo Roesdi sebagai pembawa firman mengajak kita untuk mensharingkan dengan bertanya kedalam diri kita selama ini apa saja yang sudah kita perbuat untuk masyarakat dan gereja, apa peran saya sebagai orang katolik.
Kita sebagai orang katolik bisa mengambil bagian dalam pelayanan dan melakukan perbuatan kasih dengan mengunjungi orang sakit ataupun menolong orang yang kecil dan papa, seperti sharing dari Rainer. Lain halnya dengan sharing yang dilontarkan oleh Karen, ia sebagai orang katolik setelah mengalami suatu peristiwa merasa bahwa kehadiran kita tanpa kita sadari menjadi berkah bagi orang lain melalui cara yang tidak terduga. Dengan berbagi pengalaman dengan orang lain, kita secara tak sadar telah memperkuat iman kita sendiri. Setiap orang tentu memiliki masalahnya sendiri, dan banyak dari mereka yang memiliki masalah lebih berat dari kita, disaat inilah kita sadar sudahkah kita bersyukur atas kondisi kita? Dalam setiap masalah yang terjadi dalam perjalanan kehidupan kita terutama ketika jalan yang kita lalui berbatu dan terasa sulit untuk dilalui disitulah Tuhan Yesus meminta kesetiaan kita.
Terkadang lingkungan dimana tempat kita tinggal ataupun berkarya juga memberikan tantangan tersendiri dan memacu kita menjadi pribadi yang lebih baik terutama ketika orang-orang disekeliling kita memiliki latar belakang yang berbeda, sama seperti yang dialami oleh Jalma. Dan ketika lingkungan dimana kita berada sangat mendukung aktivitas kerohanian kita untuk berkumpul dan berdoa bersama maka kita harus memanfaatkan dan menghargai waktu bersama sebaik mungkin, inilah yang diungkapkan oleh Pak Yohanes.
Sebagai orang katolik sudah tentu kita dituntut untuk selalu percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Tetapi kepercayaan dan kepasrahan ini juga harus disertai dengan usaha yang maksimal pula. Jika kita hanya berdoa tapi tidak berusaha, ya hasilnya juga akan nihil. Inilah yang dialami oleh Satria. ORA ET LABORA. Kalau mau Tuhan memberikan hal yang terbaik untuk kita, maka kita juga harus memberikan yang terbaik dari kita untuk Tuhan. Menjadi orang katolik merupakan anugrah namun sekaligus sebagai tantangan. Anugrah karena selama perjalanan kehidupan kita akan diberikan orang-orang yang bisa membuat kita menemukan talenta-talenta lain dan tantangan disini adalah memberikan talenta dan apa yang kita punya untuk melayani Tuhan dan sesama, itulah sharing dari Anas.
Persekutuan doa kali inipun dilanjutkan dengan pewartaan firman (Mat 22 : 15-21) oleh Romo Roesdi. Romo Roesdi menekankan bahwa menjadi hero dimasa sekarang tentu tidaklah sama seperti dulu. Kalau dulu, mungkin evangelisasi zaman dulu dilakukan secara door-to-door ataupun menjadi martir. Tapi zaman sekarang evangelisasi dapat dilakukan dengan cara membantu orang-orang lain yang membutuhkan melalui peran yang kita punya ditengah keluarga ataupun masyarakat. Belajarlah untuk menjadi seorang yang selalu berusaha melakukan yang terbaik dari perkara kecil sampai perkara besar. Ingatlah, Tuhan akan selalu memampukan kita walaupun memang untuk berubah menjadi lebih baik bukanlah perkara mudah.
Ketika Vivi menanyakan “Apakah aku seorang pelajar katolik atau seorang katolik yang sedang belajar?” apa jawabanmu??
Jawabannya : aku adalah seorang katolik yang sedang belajar. Katolik merupakan cap didiri kita dan sudah seharusnya katolik menjadi dasar atas segala perbuatan kita.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 20.45 dan persekutuan doa pun sudah selesai ditutup dengan berkat dan juga makan bersama. Tak lupa juga KITA berfoto bersama. See you next time. God Bless Us..